Semarang, 19 November 2025, Obor Selebes – Pemerintah Kota Semarang terus mendorong program Keluarga Berencana (KB) sebagai langkah strategis menekan angka stunting di daerah. Salah satu inovasi yang mendapat perhatian adalah layanan KB pria melalui prosedur vasektomi.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan KB, Lilik Farida, mengatakan tren partisipasi masyarakat dalam program KB menunjukkan peningkatan positif. “Hingga saat ini, angka partisipasi masyarakat telah mencapai 77 persen dengan peningkatan signifikan pada metode kontrasepsi jangka panjang,” ujar Lilik.
Menurut Lilik, fokus program saat ini adalah memperluas layanan KB pasca persalinan karena terbukti dapat menurunkan risiko stunting. Jarak kelahiran anak yang lebih ideal membantu meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak.
Kesadaran generasi muda terhadap perencanaan keluarga juga meningkat. Tren pernikahan di bawah usia 19 tahun menurun, menunjukkan generasi muda lebih matang dalam merencanakan masa depan dan pendidikan.
Untuk menjangkau masyarakat lebih luas, Disdalduk KB rutin menggelar pelayanan langsung di 16 kecamatan setiap bulan, dengan frekuensi hingga 20 kali sebulan. Selain layanan jemput bola, Pemkot Semarang bekerja sama dengan rumah sakit untuk memberikan layanan KB, termasuk bagi pria.
Minat terhadap KB pria melalui vasektomi meningkat pesat. Pada 2024, capaian KB pria baru sekitar 46 persen, sementara tahun 2025 lebih dari 100 pria telah menjalani prosedur ini. Peningkatan ini didukung kerja sama dengan dokter spesialis bedah dan urologi agar peserta merasa lebih aman dan nyaman.
Selain vasektomi, metode kontrasepsi jangka panjang lain seperti IUD, implan, dan Metode Operasi Wanita (MOW) juga diminati masyarakat. Disdalduk KB menyediakan layanan antar-jemput agar peserta yang tidak memiliki kendaraan tetap dapat mengikuti program dengan mudah.
Sebagai apresiasi, peserta vasektomi mendapatkan insentif Rp1 juta. Rata-rata peserta berusia sekitar 33 tahun, sudah memiliki minimal dua anak, dan anak terakhir berusia lima tahun. Prosedur juga bisa dilakukan lebih awal jika ada kondisi medis tertentu pada pasangan.
Lilik berharap masyarakat semakin sadar bahwa perencanaan keluarga bukan hanya soal jumlah anak, tetapi juga menciptakan generasi sehat dan berkualitas. “Dengan KB yang terencana, kesehatan ibu dan anak terjaga, dan risiko stunting di Semarang dapat ditekan,” pungkasnya.

